TUANKU IMAM BONJOL
Pahlawan pejuang kemerdekaan
BIOGFAFI TUANKU IMAM BONJOL
TUANKU IMAM BONJOL dilahirkan pada tahun 1772 di Kampung Tanjung Bunga ,Nagari Alahan Panjang ,Pasaman ,Minangkabau .Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui dengan pasti .Ayahnya bernama Buya Nuddin dan ibunya bernama Hamatun ,yang berasal dari alahan panjang juga .Imam Bonjol bersama Petto Syarif .Ia bersaudara lima orang ,dua laki laki dan tiga perempuan.
Nagari Alahan Panjang terletak di daerah pasaman ,yang termasuk bagian Rantau dari Kerajaan Minangkabau .Penduduk Nagari Alahan Panjang taat melakukan perintah agama ,demikian pula keluarga Petto Syarif .Mulai dari masa kanak-kanak ,Petto Syarif telah menunjukan kemajuan keras .Ia mempunyai otak yang cerdas .Ketika baru berumur lima tahun ,ia telah diajak oleh kakeknya mendengarkan orang mengaji Al Qur’an di kampung .Ia telah mengenal huruf Al Qur’an sebelum belajar mengaji .Tidaklah mengherankan karena ayahnya seorang guru mengaji dikampungnya .
Hubungan Petto Syarif dengan teman-temannya sangat akrab .Ia pandai bergaul .Ia tidak memilih milih teman .Akan tetapi ,ia mempunyai watak yang keras .Kalau kapentingannya diganggu ,ia akan bertindak keras .Ia akan mempertahankan dengan sepenuh hatinya .Apabila jalan damai sudah tidak mungkin lagi ,jalan kekerasan akan dijalaninya .Dalam bermain dengan teman temannya ,ia selalu menunjukan jiwa pemimpin .Ia selalu tampil membela kebenaran .Itulah Petto Syarif .
Melihat kebenaran Petto Syarif ini ,keluarganya sangat sayang kepadanya .Mereka menaruh harapan akan masa depannya .Sesudah umurnya mencapai tujuh tahun ,mulailah benar-benar Petto Syarif belajar mengaji .gurunya adalah ayahnya sendiri .Akan tetapi ,ia mendapat perlakuan yang sama dengan anak-anak yang lain .Ayahnya tidak membeda bedakan sama sekali .Pendidikan kepada Petto Syarif juga diberikan dengan keras .
Pendidikan umum di sekolah-sekolah seperti sekarang ,pada waktu itu belum ada .Anak-anak hanya diajar mengaji di surau atau di pesantren .Surau di Minangkabau adalah pusat pendidikan .Yang diajarkan bukan hanya yang mengaji Al Qur’an ,tetapi juga pengetahuan agama islam lainnya.Pengetahuan umum sebagai pelengkap juga diajarkan ,sebagai bekal bagi anak-anak untuk hidup dimasyarakat .Pusat pendidikan surau ini tersebar di tiap-tiap nagari di Minangkabau .Banyak ulama terkenal di Minangkabau yang mendapat pendidikan surau ini .Salah seorang diantaranya adalah Petto Syarif .Pendidikan disurau ini biasanya diberikan pada sore dan malam hari .
Petto Syarif termasuk anak yang cerdas .Dengan cepat dia dapat menangkap dan menguasai pelajaran .Oleh karnanya ,ia diangkat oleh ayahnya menjadi guru pembantu .Ia membantu ayahnya memberi pelajaran kepada teman-temannya .
Banyak temannya sekampung belajar bersama Petto Syarif dibawah bimbingan ayahnya .Walaupun Petto Syarif itu cerdas ,ia tidak sombong .Ia tetap menghargai teman-temannya dan bergaul dengan baik .
Sebagai anak Minangkabau ,Petto Syarif juga belajar silat .Silat berguna untuk membela diri .Biasanya anak muda Minangkabau waktu itu diajar ilmu silat .Bukankah kemahiran bersilat akan menambah kepercayaan pada diri sendiri ?
Akan tetapi ,seorang yang pandai bersilat tidak boleh mencari-cari lawan .Kalau terpaksa , barulah dipergunakan ilmu tersebut .Dalam peperangan,ilmu silat sangat berguna .Misalnya ,bila terjadi peperangan satu lawan satu .Seorang pendekar ilmu silat ,sanggup menghadapi lawan 10 orang sekaligus .Petto Syarif juga adalah pendekar silat .Pada usia 65 tahun ,ia masih mampu mengalahkan tentara belanda dalam jumlah yang banyak dalam perang tanding .
Setelah memiliki bekal yang cukup ,baik ilmu agama maupun ilmu silat ,Petto Syarif diizinkan untuk melanjutkan pelajarannya ketempat yang lebih tinggi .
Pada tahun 1972 ,genaplah 20 tahun usia Petto Syarif .Ia seorang pemuda yang tampan dan cerdas .Dengan kepercayaan pada diri sendiri ,ia melanjutkan pelajaran di Kuto Tuo ,Luhak Agam .Ia berguru pada Tuanku Koto Tuo untuk mendalami ilmu agama .Tuanku adalah panggilan kehormatan kepada seorang yang ahli dalam agama islam .Di Aceh ,orang juga menyebutnya tuanku dan di Jawa dipanggilnya kiai .Tuanku Koto Tuo adalah ulama terkenal dan tertua di Luhak Agam .Sebagian besar dari ulama-ulama terkenal adalah bekas murid beliau .
Di Koto Tuo ,Petto Syarif juga tetap belajar dengan tekun .Ia cepat pula menjadi pandai .Tuanku Koto Tuo sangat puas .Pada suatu hari beliau berkata ,
“Petto Syarif ,ilmu yang kau capai sudah cukup memadai .Kau dapat membantuku mengajar murid-murid lainnya !”
Petto Syarif merasa sangat bangga .Ia juga merasa beruntung .Ia bahkan mendapat dua keuntungan sekaligus ,yaitu pendalaman ilmu agama dan pengalaman sebagai guru .
Setelah dengan tekun mengikuti pelajaran diKoto Tuo ,pada tahun 1800 Petto Syarif menyelesaikan pelajarannya .Ia lulus dengan hasil yang memuaskan .Namun ,ia masih kurang puas benar .Ia masih ingin menambah pengalaman .
Pada tahun 1800 ,Petto Syarif berangkat ke Aceh untuk menambah pengetahuannya dalam hal agama .Pada saat itu ,jarak antara Minangkabau dan Aceh terasa sangat jauh .Maklumlah pada saat itu belum ada mobil dan kereta api .Apalagi ,pesawat terbang .Di samping itu ,perjalanan harus melalui halangan dan rintangan yang berat .Jalan raya seperti sekarang belum ada .Hubungan hanya dilakukan dengan berjalan kaki ,mengendarai kuda ,atau menyusuri sungai .Jalan lain ialah naik kapal .Petto Syarif adalah sosok pemuda yang berani berkemauan keras dan kuat bagaikan baja .lagi pula ,ia mempunyai badan yang sehat dan ilmu silat yang tangguh .
Petto Syarif dapat mengatasi segala kesulitan itu .Ia sampai di Aceh dengan selamat .
Tidak lama ia menuntut ilmu di Aceh .Pada tahun 1802 ,ia sudah kembali kekampungnya di Alahan Panjang .Pada waktu itu ,ia telah mencapai umur 30 tahun .Sebagai seorang pemuda ,ia telah matang dalam ilmu dan pengalaman hidup .Umurnya untuk berumah tangga sudah cukup .Bahkan telah melampaui bila dibandingkan dengan pemuda Minangkabau lainnya .Ayah dan ibunya sudah berkali kali berkata .
“Anakku Petto Syarif ,kau sudah cukup umurdan sudah dewasa .Lekaslah berumah tangga .”
Petto Syarif mendengarkan nasihat orang tuanya .Tidak lama ia pun menikah dengan gadis sekampungnya yang ia cintai dengan sepenuh hatinya .
Ayahnya sudah tua dan Petto Syarif benar-benar menjadi guru ngaji dikampungnya .Ia bergelar Malin Baso .Ia dihormati sebagai seorang guru dan pemimpin dimasyarakat sekitarnya .Murid-murid berdatangan untuk mendapat bimbingan dan pendidikan dari Malin Baso .Malin Baso setahun mengajar dikampungnya .Nmun bukan karna ia tidak suka mengajar ,melainkan demi urusan yang lebih besar .
Pada suatu hari ,Malin Baso atau Petto Syarif sedang duduk disuraunya .Sekonyong konyong terdengar pintu diketuk orang .Petto Syarif membuka pintu dan muncullah orang dengan wajah yang bersungguh sungguh .Orang itu berkata,”Assalamu’alaikum ,apakah disini surau Tuanku Malin Baso ?“
“Wa’alaikumsalam .Ya benar ,saya adala Petto Syarif atau Malin Baso .Silahkan masuk ,tuanku……..”jawab Petto Syarif .
Orang itu lalu menyerahkan sepucuk surat .Ternyata dia adalah utusan Tuanku Nan Renceh ,seorang ulama besar dan pemimpin umat islam terkemuka di Luak Agam .Isi surat itu pendek ,tetapi tegas ,Petto Syarif telah ditunjuk oleh Tuanku Nan Renceh untuk dilatih dalam berbagai ilmu guna bersiap siap dalam suatu gerakan padre .Petto Syarif menjawab .
“Saya siap mengerjakan tugas .Insya’allah ,saya berangkat .”
Tugasnya sebagai guru agama di kampungnya diserahkan kepada murid kepercayaannya .Petto Syarif segera berangkat ke Kamang Luhak Agam .Kepada istrinya Petto Syarif berkata.
“Kuatkanlah hatimu ,adinda .Perpisahan kita hanya sebentar .Lagipula kakanda yakin bahwa adinda mempunyai pengertian akan kepergian kanda kali ini”
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1803 .Pada tahun 1903 itu ,Tuanku Nan Renceh memutuskan gerakan padri yang bertujuan memurnikan pelaksanaan ajaran agama islam .Petto Syarif tidak mungkin lepas dari gerakan yang penting itu .
Di Kamang ,ia lebih banyak berlatih kemahiran berperang .Ia bersiap siap ,untuk ikut dalam gerakan padri sebagai calon perwira .Petto Syarif belajar cara mengendarai kuda dan taktik memimpin peperangan .Ia termaksuk calon perwira yang gemilang .
Kemudian ,Tuanku Nan Renceh melangkah lebih lanjut lagi ,dalam suatu rapat ,ia berkata .
“Alhamdulillah ,kita sudah cukup mempersiapkan diri dengan melatih perwira ,bintara dan prajurit .Sekarang tiba waktunya untuk membangun benteng-benteng .ditiap luhak diseluruh Tanah Minangkabau harus dibangun pertahanan benteng-benteng yang tangguh .Sekarang pulanglah kedaerahmu masing-masing ,hai perwira padre yang gagah dan berani .Bersiap siaplah dan kuatkan imanmu!”
Pada tahun 1807 ,Petto Syarif pulang kekampung halamannya .Ia tidak
“Itu tempat yang bagus untuk bertahan. Di situ saja kita bangun benteng, yaitu di bonjol.”
Dan di Bonjol itulah Petto Syarif bersama sama anak buahnya membangu benteng .Benteng itu disuatu perkampungan yang luas .Didalamnya dapat disinggahi oleh
50.000 penduduk. Benteng Bonjol itu di kelilingi oleh parit yang lebar dan dalam. Di sekelilingnya dibuat pagar yang tinggi dan pohon aur berduri.
Sesudah selesai, Peto Shyarif dengan segenap keluarga, kerabat dan anak buahnya pindah ke Bonjol. Peto Syarif lalu di angkt sebagai Tuanku Imam Bonjol pada tahun 1808. Benteng Bonjol itu sungguh tepat letaknya. Tempat itu menghubung
BERJUANG DALAM GERAKAN PADRI
Gerakan padre Minangkabau pada tahun 1803 bukanlah suatu gerakan yang timbul begitu saja. Gerakan itu merupakan gerakan yang tumbuh sejak lama, dan meletus permulaan abad ke-19 secara dahsyat.
Raja Minangkabau yang pertama memeluk agama Islam adalah Sutan Alif pada tahun 1580. Walaupun Minangkabau merupakan suatu kerajaan, kekuasaan sebenarnya berada di tangan raja – raja nagari yang banyak jumlahnya. Ikatan di antara nagari – nagari itu longgar sekali. Mereka bersatu hanya dalam upacara – upacara adat. Dalam soal pemerintahan kepala nagari berkuasa secara penuh atas rakyatnya. Mereka di bantu oleh golongan adat atau penghulu. Golongan penghulu menguasai hamper seluruh kekuasaan dalam nagari, sedangkan golongan ulama hanya terbatas dalam soal – soal upacara adat.
Rakyat biasanya lebih patuh pada pemerintah penghulu daripada pemerintah ulama. Rupanya golongan penghulu itu walaupun sudah memeluk agama Islam, tidak sepenuhnya menjalankan ajaran Islam. Bahkan mereka melakukan hal – hal yang bertentangan dengan agama misalnya minum tuak, berjudi, menyabung ayam, dan perbuat lainnya.
Golongan ulama tidak menyukai perbuatan itu. Berkali – kali mereka menasehati golongan adat, tetapi tidak berhasil.
Akhirnya, mereka mencari jalan dengan menguasai pemerintahan. Golongan ulama menanti saat yang baik untuk mencetuskan suatu gerakan .Saat-saat yang dinantikan itu segera datang .Tiga orang ulama Minangkabau yaitu Haji Piobang ,Haji miskin dan Haji Sumanik baru kembali dari Mekkah .Mereka membawa paham baru agama islam ,yaitu aliran Wahabi .Dinegri Arab ,paham Wahabi telah berhasil memurnikan Agama Islam dari hal-hal yang salah ,yang dinamakan bidah.Ketiga ulama itu bukan hanya menuntut ilmu agama da Mekah .Mereka juga belajar ilmu peperangan .Ilmu yang mereka pelajari sangat berguna .Bukan hanya untuk kepentingan mereka pribadi ,tapi juga untuk kepentingan islam umum lainnya .Mereka bercita-cita untuk menyebarkan paham Wahabi di Minangkabau .Mereka berhasil mendekati seorang ulama yang berwibawa di Luhak Agam ,yaitu Tuanku Nan Renceh .Beliau menyambut dengan gembira ajaran wahabi ini .Mereka bersepakat akan menyebarkan ajaran ini diseluruh Minangkabau .Tuanku Nan Renceh berkata .
“Tuanku Haji Piobang ,segeralah Tuanku bentuk pasukan yang kuat .”
Haji Piobang menjawab ,
“Baik tuanku ,akan kukerjakan secepat cepatnya .Kami memerlukan pemuda-pemuda yang gesit dan bersemangat .Kami juga akan membentuk pasukan berkuda yang bergerak cepat .Benteng-benteng tangguh juga perlu kita bangun ,Tuanku .
Mereka segera menyusun kekuatan .Beribu ribu pemuda mendapat latihan ,diantaranya terdapat seorang pemuda yang cerdas dan cakap ,yaitu Petto Syarif yang kemudian dikenal sebagai Tuanku Imam Bonjol .
Pada tahun 1803 ,golongan ulama sudah merasa cukup kuat .Mereka menamakari dirinya sebagai golongan padri .Tuanku Nan Renceh diangkat sebagai pemimpin ,bersama sama dengan Haji Piobang dan kawan-kawannya .Mereka mulai melancarkan gerakan melarang tindakan yang tidak cocok dengan ajaran agama.Sebaliknya ,golongan adat tidak mau menurut begitu saja .Mulailah terjadi bentrokan di sana -sini .Peperangan besar tidak dapat dihindarkan .Pasukan Tuanku Nan Renceh bergerak cepat .Nagari Kamang yang sangat subur dan merupakan gudang beras dapat dikuasainya .Daerah Kamang dijadikan pangkalan dan dalam waktu pendek seluruh luhak Agam jatuh ketangan Tuanku Nan Renceh pada tahun 1804 .Di daerah padri itu ,pemerintahan dipegang oleh para ulama .
Di Luhak 50 Koto ,gerakan padre tidak menjumpai perlawanan berat .Daerah itu segera tunduk dibawah kekuasaan kaum padri .
Lin halnya dengan Luhak Tanah Datar ,yang merupakan pusat kerajaan Minangkabau di Pagaruyung .Disini kaum adat mengadakan perlawanan dengan gigih dan hebat .Mereka mengetahui bahwa kaum padri bertujuan untuk merebut kekuasaan .Hal ini merupakan malapetaka bagi mereka .Panglima padri didaerah tanah datar ialah Tuanku Lintang atau Saidi Muing .Ia menyuruh para prajurit-prajuritnyaberpakaian serba putih ,rambut kepalanya dicukur botak ,dan janggutnya dibiarkan tumbuh panjang .Kebiasaan itu diikuti oleh para prajurit padri dan sejak itu cirri-ciri itu menjadi milik kaum padri .Tuanku Lintau juga dengan mudah dapat menguasai Nagari Lintau .Kekuasaan segera melebar disemua Nagari di Luhak Tanah Datar .Akan tetapi ,pasukan kaum penghulu atau adat juga melawan dengan sengit .Di Tanjung Barulak ,pasukan Tuanku Lintang terlibat dalam pertempuran hebat .Tiga kali nagari itu berpindah tangan sebelum akhirnya dapat dikuasai oleh Tuanku Lintau dengan mantap .Kedua belah pihak menderita kerugian yang tidak sedikit .Pasukan Padri dan Pasukan Penghulu sampai-sampai mengadakan gencatan senjata dan perundingan supaya tidak jatuh korban terlalu banyak .
Perundingan itu diadakan di Koto Tangah pada tahun 1809 yang dipertuan raja minangkabau beserta seluruh menteri dan keluarganya hadir di tempat perundingan .Mereka hadir tanpa curiga .Begitu pula Tuanku Lintau beserta perwira-perwiranya akan menghadiri pertemuan yang penting itu .Akan tetapi ,apa yang kemudian terjadi ?.Sebelum perundingan dibuka rupanya seorang perwira Tuanku Lintau telah bertindak diluar batas wewenangnya .Tanpa sepengetahuan Tuanku Lintau ,ia telah memerintahkan untuk membunuh seluruh keliarga Minangkabau .Hanyalah yang dipertuan raja Minangkabau yang dapat meloloskan diri dan lari ke Kuantan .
Peristiwa Koto Tangah menggemparkan seluruh Luhak Tanah Datar .Bahkan pemimpin padri sendiri Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Lintang mengutuk tindakan itu .Mereka berkata .
“Itu suatu tindakan yang salah dan tidak bertanggung jawab .Peristiwa seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi .”
Sebalikny ,kaum penghulu menganggap kejadian di Koto Tangah sebagai khianat yang besar dari kaum padri .Selanjutnya ,hampir di semua nagari di Luhak Tanah Datar menyerah kepada Tuanku Lintang ,kecuali nagari Batipuh .Nagari in bertahan habis-habisan dan banyak pelarian kaum Penghulu yang berkumpul disini .Akan tetapi ,karena kekuatan yang tidak seimbang ,akhirnya Batipuh jatuh juga .Walaupun demikian ,kaum padri merasa tidak aman disini .Mereka segera menarik kembali pasukannya dari Batipuh .
Pembunuhan di Koto Tangah pada tahun 1809 mempunyai arti penting bagi Minangkabau .Sejak saat itu ,kerajaan Minangkabau telah tumbang dan tak pernah bangun lagi .Seluruh Minangkabau asli<darat> atau Luhak yang tiga dapat dikuasai oleh padre dibawah pimpinan Tuanku Nan Renceh .
Di tiap-tiap nagari dibentuk pemerintahan dibawah pimpinan kaum padri .Nagari-nagari itu tunduk kepada pemerintahan pusat di Kamang yang dikepalai oleh Tuanku Nan Renceh .Penertiban kedalam segera dilakukan .Setelah itu barulah dipersiapkan upaya untuk melebarkan daerah kekuasaan .
Tuanku Nan Renceh dan Haji Piobang kemudian memerintahkan Petto Syarif untuk bersiap siap mengadakan perlawanan didaerah Pasaman .
Kelak akan terbukti bahwa daerah Pasaman mempunyai arti yang penting bagi kaum padri .rupanya benteng Bonjol yang dibangun oleh Petto Syarif di daerah itu merupakan hasil buah pikiran yang tajam dan tepat .Daerah ini tepat sekali untuk dijadikan daerah pertahanan .Sebelumnya daerah ini merupakan sarang perampok .Mereka selalu mengintai kuda-kuda beban yang membawa barang dagangan dari Minangkabau ke Tapanuli selatan dan kemudian merampasnya .Tempat ini sangat memuaskan Tuanku Nan Renceh dan Haji Piobang.Oleh karena itu Petto Syarif diangkat menjadi Tuanku Imam Bonjol oleh pemimpin padri .Tuanku Imam Bonjol juga diberi tanggung jawab memimpin pasukan padri kedaerah Pasaman ,Lubuk Sikaping .Dahulu ,daerah pengaruh Minangkabau tidak begitu kuat disini .Tuanku Imam Bonjol tidak banyak menemui kesulitan didaerahnya .Kaum penghulu yang ada tidak banyak melawan .Mereka segera menyesuaikan diri dengan keadaan baru .
Sesudah itu Tuanku Imam Bonjol member perintah kepada Tuanku Rao untuk menguasai bonjol .Ia berkata ,”Tuanku Rao usirlah perampok-perampok yang ada di Bonjol .Disana akan kita bangun benteng yang kuat .”
Tidak terlalu sulit bagi Tuanku Rao untuk mengenyahkan perampok-perampok itu .Kemudian dimulaiah pembangunan perkampungan di Bonjol .Mula-mula rawa-rawa dikeringkan dan pengairan disempurnakan .Bonjol dibangun menjadi daerah yang subur seperti halnya Kamang .Dalam waktu 3 tahun saja ,Bonjol telah berubah menjadi daerah yang makmur dan sanggup membiayai gerakan padri .Didaerah pertanian yang baru itu didirikan benteng Bonjol dikaki Bukit Tajadi .Benteng itu dikelilingi oleh pari-parit pertahanan yang tidak pernah dangkal dan air selalu mengalir didalamnya .
Benteng Bonjol berbentuk panjang .Ukurannya kira-kira 90 hektare ,yaitu 700 kali 1200 meter .Benteng ini adalah yang terbesar diseluruh Minangkabau .Luasnya kira-kira sebesar lapangan Merdeka ,Jakarta yaitu tempat Tugu Nasional didirikan .Benteng Bonjol diperkuat dengan dinding batu yang tebalnya 3 meter dan rapat ditanami dengan bamboo duri .Tuanku Imam Bonjol dan Haji Sumanik berkata .
“Benteng Bonjol itu kuat .Dinding dindingnya dapat menahan tembakan meriam .”
Didalam Benteng Bonjol didirikan masjid yang dikelilingi rumah-rumah .Juga terdapat kandang-kandang kuda dan lumbung-lumbung .Benteng ini masih dikelilingi pula dengan 90 kubu-kubu pertahanan dan menara-menara untuk mengawasi keadaan .Di Puncak Gunung Tajadi yang terletak dibelakang benteng ,dibangun pula lima benteng kecil kecil ,sedangkan dibagian lain terdapat 7 benteng lagi .Salah satu digunakan untuk menjaga jalan ke Lubuk Sikaping .Jadi ,Benteng Bonjol Itu terdiri dari beberapa Benteng-Benteng yang tangguh .Bentnd Bonjol dapat bertahan 15 tahun yaitu dari tahun 1822-1837 terhadap kepungan tentara Belanda ,sedangkan daerah daerah Luhak Agam dan Tanah Datar hanya bertahan selama 2 tahun yaitu dari tahun 1822-1824 .
Pemerintah di Benteng Bonjol langsung dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol yang dibantu Tuanku Hitam ,Tuanku Gapuk ,dan Tuanku Kaluat .
Selain Benteng Bonjol ,kaum padre juga mendirikan Benteng Rao dan Benteng Dalu-Dalu disebelah utara Minangkabau .Benteng Rao dipimpin oleh Tuanku Rao dan Benteng Dalu-Dalu dipimpin oleh Tuanku Tambusai .Kedua perwira padri itu berasal dari Tapanuli .Mereka berada langsung dibawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol .
Setelah kaum padre merasa dirinya kuat didaerah Pasaman Alahan Panjang dan sekitarnya ,mereka mulai mengadakan penyerangan .Serangan di lancarkan kedaerah luar Minangkabau ,yaitu tapanuli selatan .Rencana Tuanku Imam Bpnjol itu disetujui oleh Tuanku Nan Renceh dan Haji Piobang .
Pada suatu hari yang cerah ,Tuanku Imam Bonjol mengadakan perundingan dengan Tuanku Rao ,Tuanku Lelo dan Tuanku Tambusai .Tuanku Imam Bonjol berkata .
“Tuanku Rao ,Tuanku Lelo ,dan Tuanku Tambusai .Kepada Tuan-Tuan kami percayakan tugas memimpin gerakan ke Tapanuli Selatan .Bukankah Tuan-Tuan yang lebih banyak mengetahui akan seluk beluk adat anak negeri dan keadaan medan di lapangan?kami ucapkan selamat kepada Tuan-Tuan dan insyaallah membawa hasil yang gemilang.”
Pilihan Tuanku Imam Bonjol terhadap ketiga perwira itu sungguh tepat karena mereka adalah perwira cemerlang .
Pada tahun 1816 mulailah diadakan gerakan padri kedaerah Tapanuli Selatan .Dalam waktu yang pendek itu ,Tapanuli Selatan sudah dikuasai oleh tentara padri .17 tahun lamanya <1816-1833>,pasukan padri berkuasa di Tapanuli Selatan .Sesudah munculnya tentara belanda ,barulah mereka dapat dikalahkan pada tahun 1833 .
Sementara itu ,di Minangkabau tentara padri terus mengadakan penertiban .Benteng-Benteng terus diperkuat dan tentara terus ditambah .
Pada tahun 1819 ,Belanda datang kembali ke Padang .Mulailah terjadi perubahan suasana .Seorang perwira padre bernama Tuanku Pamansiangan berpendapat .
“Tuanku ,keadaan sudah mulai gawat .Keadaan sudah berubah .Orang-orang Belanda di Padang dan air bangis jangan dianggap enteng .Mereka dulu yang harus kita gempur .Mereka dulu yang harus kita usir .Lebih baik kita ambil pasukan kita di Tapanuli .Jangan biarkan mereka menjadi kuat di Padang dan Air Bangis .”
Namun ,Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai menjawab ,”ah ,tidak perlu kawatir.Tidak perlu terburu buru .Lgipula keadaan di Tapanuli Selatan juga perlu diperhatikan .Tidak mudah menarik pasukan begitu saja .”
Rupanya pertentangan makin tajam .Kedua pihak tidak mungkin melepaskan pendiriannya lagi .Akhirnya Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Imam Bonjol mengambil jalan tengah .Beliau berkata .
“Keputusan kami ialah gerakan ke Tapanulu Selatan tetap diteruskan Padang dan Air Banggis .”
Kemudian hari ,ternyata pendapat Tuanku Pamansiangan adalah benar .Belanda di Padang tidak dapat dipandang enteng .Tuanku Rao sendiri kemudian gugur dalam peperangan melawan Belanda di Air Banggis pada tahun 1821 .Tuanku Imam Bonjol sendiri ditawan oleh Belanda pada tahun 1837 ,sedangkan Tuanku Tambusai masih mempunyai kesempatan untuk terus melawan Belanda sampai dengan tahun 1863 .Tuanku Nelo tetap di Tapanuli Selatan sampai dengan akhir hayatnya .Sepeninggalan Tuanku Nan Renceh pada tahun 1820 ,karena usia tinggi Tuanku Imam Bonjol memimpin gerakan padri .
TUANKU IMAM BONJOL MEMIMPIN PERANG PADRI
Perang yang berkobar di Minangkabau pada permulaan abad ke 19 ,bertali temali dengan persaingan antara Inggris dan Belanda di Sumatera .Pulau ini memegang peranan penting untuk menguasai jalan dagang pada masa itu .
Pada waktu gerakan padri meletus ,tentara Inggris berada di kota-kota pesisir.Bandar Padang dikuasai oleh tentara Inggris .Demikian pula Natal dan Bengkulu (tahun 1795 – 1819)
Pemerintaha Inggris di daerah pesisir Sumatra dikepalai oleh Raffles .Ia seorang tokoh yang mempunyai pandangan tajam dan jauh menjangkau ke depan .
Ia berusaha meyakinkan pemerintahnya agar kota Padang tetap dikuasai oleh Inggris .Raffles melihat kemungkinan-kemungkinan besar bagi kepentingan Inggris di Minangkabau .
Ketika timbul gerakan padri, Rafles bermaksud membantu golongan padre. Akan tetapi tawarannya di tolak. Walaupun Rafles berusaha dengan sekuat tenaga untuk tetap di padang usahanya tidak berhasil. Pemerintah inggris di London sudah terikat janji dengan pemerintah Belanda. Menurut perjanjian London 1814, Inggris harus menyerahkan kembal semua daerah yang didudukinya di Indonesia kepada Belanda. setelah di undur – undur oleh Rafles, maka pada tahun 1819 Padang di serahkan kembali kepada Belanda.
Belanda mulai mengarahkan perhatiannya ke pedalaman Minangkabau. Mereka selalu berkata “Jaga supaya orang – orang Inggris jangan berkuasa di Sumatera. Lagipula hati hatilah supaya kekuassaan golongan Padri jangan sampai di pesisir.”
Di Indonesia orang – orang belanda, selalu mendekati golongan yang sedang terdesak bilamana ada pertentangan. Hal demikian menguntungkan bagi mereka. Bantuan tertara akan di berikan oleh Belanda kepada golongan yang sedang terjepit. Tentu saja dengan imbalan yang besar, berupa kekuasaan perdagangan dan pemerintahan. Cara ampuh itu juga di pakai oleh Belanda di Minangkabau.
Kaum penghulu telah di lumpuhkan oleh kaum padre di Minangkabau. buat sementara, golongan penghulu menerima keadaan itu. Akan tetapi, setelah Belanda muncul di Padang mereka memilliki pendirian lain. Mereka berkata,
“Sekarang ada kesempatan yang baik. Kita dapat memakai tenaga dan senjata belanda untuk memukul kaum Padri.”
Sebagian kaum penghulu di Minangkabau berhasil melarikandiri ke Padang . mereka berusaha mencari bantuan pada Belanda. sebenarnya penghulu pelarian tersebut tidak berhak bertindak demikian. Mereka bukan lagi penguasa Nagari. Mereka juga tidak dapat mewakili masyarakat Minangkabau lagi. Tetapi bagi belanda; hal itu cukup untuk bertindak. Orang – orang Belanda itu berkata,
“ya baik, kami akan membantu tuan – tuan memerangi kaum padre di pedalaman. Kekuasaan tuan – tuan akan kami pulihkan kembali!”
Tentu saja kaum padre di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol tidak diam saja. Mereka juga melayani tatangan Belanda itu. Mereka mengirim utusan untuk menyampaikan kabar itu ke berbagai tempat.
“Sekarang kita menghadapi Belanda di Padang. Ayo, perkuat barisan. Allahu Akbar.”
Di tiap – tiap luhak diadakan persiapan dengan sungguh – sugguh.
Pada tahun 1821, pasukan Belnda mulai menyerang Benteng Simawang. Rakyatdi nagari ini mengadakan perlawanan. Belanda juga menyerang nagari sulit air. Serangan itu gagal dan Belanda terpaksa kembali keenteng Simawang. Serangan Belanda ke nagari Gunung dan Simabur di Luhak Tanah Datar juga mengalami kekalahan.
Pada tahun 1821, Letnan Kolonel Daaf sampai di Padang. Ia membawa serdadu dan senjata lengkap dari Batavia. Raaf di angkat sebagai komandan lapangan di Sumatera Barat. Ia segera mempelajari keadaan di Minangkabau. kemudian ke depan perwira – perwira lainnya Letnan Kolonel Raaf berkata,
“Luhak Tanah Datar harus kita jadikan sasaran yang pertama. Jika tuanku Lintaa telah dapat kita kuasai dan Luhak Tanah Datar sudah kita rebut, yang lainnya akan mudah kita jatuhkan.”
Dengan Simawang sebagai pangkalan, mulailah Belanda menyerang Pagaruyung pada awal tahun 1822. Kaum padre terpaksa harus meninggalkan bekas ibu kotaKerajaan Minangkabau itu setelah memberkan perlawanan yang gigih.
Di sebuah bukit di daerah pagaruyung, tentara Belanda mendirikan benteng dengan nama “Fort Van Der Capellen”. Sekarang bernama batu sangkar. “Van Der Caapellen” adalah Gubernur jenderal belanda pada waktu itu.
Letnan Kolonel Raaf merencanakan untuk menyerang Lintau. dengan kekuatan yang besar, tentara belanda bertolak dari Batu Sangkar. Tentara padre bertahan di bukit yang terjal. Usaha belanda unuk merebut Lintau tidak berhasil. Mereka di puku mundur dengan meninggalkan korban yang besar. Belanda memperkuat kedudukannya kembali di Batu Sangkar. Belanda lalu membuat rintangan antara Lintau dan Luhak 50 Koto dan Luhak agam sehingga nagari Lintau menjadi terpencil. Tanjung alam di Luhak 50 Koto berhasil di rebut oleh Belanda. rupanya mereka memusatkan perhatian pada Luhan agam dengan menduduki Koto Lawas, Pandai Sikat, dan Gunung. Di situ Tuanku Pamasiangan di tawan oleh Belanda pada tahun 1822. Kemudian Tuanku Pamansiangan di gantung oleh Belanda di Benteng Guguk Sigantang.
Nagari Kapaltilatang di Luhak Agam di serang oleh Belanda. kau padre memberikan perlawanan yang gigih. Berkat adanya benteng – benteng itu mereka berhasil menggagalkan serangan belanda, yang terpaksa mundur dengan menderita banyak korban.
Pada akhir tahun 1822, tentara padre melancarkan serangan balasan secara serentak. Mereka berhasil menggagalkan serangan belanda dari sungai Puar dan Guguk Sigantang.
Pada permulaan tahun 1823, Belanda mendatangkan bantuan dari Jawa. Mereka kembali mengadakan serangan. Di Bukit Marapalang terjadi pertempuran selama 3 hari 3 malam. Di sini, Belanda berhasil di pukul mundur.
Kemudian Belanda mengadakan pembunuhan besar – besaran di Nagari Biaro dan nagari – nagaari gunung singgalang. Belanda kemudian berusaha merebut pandai sikat, tetapi tidak berhasil.
Pada bulan Januari 1824 tercapai gencatan senjata antara padre dengan Belanda di Alahan Panjang perjanjian itu terkenal dengan nama perjanjian Masang.kesempatan ini dipakai oleh Belanda untuk memperkuat dirinya kembali .Belum sampai sebulan umur perjanjian itu Belanda sudah mengadakan serangn kembali .Mereka berhasil mendduduki tempat-tempat penting .Didaerah bukit tinggi sekarang ,Belanda mendirikan benteng “Fort de Kock”yang sangat strategis tempatnya.
Pada akhir tahun 1824,Belanda berhasil menduduki daerah pusat di Luhuk Agam dan Tanah Datar. Tuanku Imam Bonjol terpaksa memusatkan perhatian di daerah Alahan Panjang dan Nagari Bonjol untuk menghadapi peperangan selanjutnya.
Antara tahun 1825 – 1830 tidak banyak terjadi pertempuran. Belanda hanya bertahan di dalam benteng – benteng mereka. Segala daya usaha mereka di pusatkan untuk menghadapi perang Diponegoro di Jawa yang meletus pada Tahun 1825.
Kaum padre lalai untuk menggunakan kesempatan ini untuk merebut daerah – daerah yang di duduki oleh Belanda. tuanku Imam Bonjol sendiri dalam masa 1824 – 1832 sibuk mengadakan pembetulan – pembetulan di benteng Bonjol.Begitu pula Tuanku Tambusai di Benteng Dalu – Dalu atau Darussalam, sibuk mempersiapkan diri.
Setelah selesai Perang Diponegoro, Belanda kembali memusatkan perhatiannya ke Minangkabau (1831). Belanda mulai menyerang lagi. Pertahanan di padri satu demi satu jatuh ketangan Belanda .Bukit Marapalam jatuh pada tahun 1831.Katiagan sebagai sumber persediaan persenjataan kaum padre di daerah Pasaman jatuh juga .Ini suatu kerugian yang besar .Dengan hilangnya Katiangan,berarti tertutup pintu bagi kaum padri dipesisir untuk memperoleh senjata dari Singapura .
Nagari Kapau,lumbung Padi,dan benteng yang kuat diLuhuk Agam tidak pula dapat dipertahankan pada awal tahun 1832.Begitu pula benteng Lintau mengalami nasib sama pada tahun 1832.Ketika itu Tuanku Lintau telah meninggal dunia .Nagari Kamang dengan Benteng Binasa sebagai pusat gerakan padri juga menyerah pada tahun 1832.
Sebagian besar daerah di Minangkabau,kecuali XIII Koto <Solok> telah dikuasai oleh Belanda .Dengan kekalahan kaum padri pada tahun 1832,usaha Belanda untuk menguasai Minangkabau boleh dikata sudah hampir selesai .Akan tetapi,apakah kekuasaan di Minangkabau lalu dikembalikan kepada Kaum Penghulu?rupanya tidak demikian halnya .Belanda memulai dengan suatu cara pemerintahan yang baru .Tidak banyak dari kaum penghulu yang ikut duduk dalam pemerintahan .Lagipula mereka itu diperlukan sebagai orang bawahan pejabat-pejabat Belanda saja.Hal demikian menimbulkan rasa tidak puas .Tambahan lagi pasukakan Belanda bertindak bijaksana .Mereka tidk menenggang perasaan rakyat banyak .Mereka menempati masjid masjid ,langgar langgar dan rumah rumah penduduk .Penghuninya mereka usir keluar.Tentusaja masyarakat ramai terluka hatinya.Mereka bertekat untuk melanjutkan peperangan kembali ,dan mengusir tentara Belanda dari tanah air mereka .
Perasaan tidak puas itu terjadi dimana mana .Ruanya telah berhembus angin baru di Minangkabau.Sekarang masyarakat Minangkabau seluruhnya mengalami nasib yang sama.Baik golongan Penghulu maupun golongan Padri sama-sama merasakan tekanan pemerintahan Belanda.
Tidaklah mengherankan kalau mereka saling dekat mendekati.Dimana mana terdengar suara suara,”baiklah kita melupakan hal yang dulu-dulu.Pertentangan antara kita tidak ada gunanya.Lebih baik kita bersatu melawan orang-orang Belanda.”
Pada akhir tahun 1832,disuatu lereng diGunung Tangkidat terjadi pertemuan rahasia antara Pasukan Padri dan Pasuakan Penghulu.Tercapailah sepakat untuk bersama sama mengenyahkan Belanda dari Minangkabau.Pada tanggal 11 Januari 1833,dimulai serangan serentak diseluruh Minangkabau untuk berperang melawan Belanda.
PERANG MINANGKABAU
Perang Minangkabau sebenarnya sebagian dari perang Padri <tahun 1821-1837>.Pada perang Minangkabau yang dimulai sejak tahun 1832,rakyat Minangkabau yang bangkit melawan Belanda hanyalah Kaum Padri saja.Dari tahun 1832,golongan Padri dan golongan Penghulu baru bersatu melawan Balanda.Mereka mengadakan persetujuan di lereng Gunung Tandikat pada akhir tahun 1832.Mulailah terjadi babak baru di Minangkabau.Golongan yang tadinya berpecah belah,menjadi satu.
Sesuai dengan rencana bersama,maka pada tanggal 11 Januari 1833 dilancarkan serangan serentak diseluruh Minangkabau.Pimpinan Perang Minangkabau masih tetap dipegang masing masing.Tuanku Imam Bonjol sebagai pimpinan umum memusatkan perhatian di Benteng Bonjol.Pos-pos Belanda diserang dan tentara Belanda yang diasramakan dimasjid dibunuh.Di Simawang gadang Sembilan orang termasuk komandan dan pasukannya sendiri tewas dibunuh tentara Minangkabau.
Pada waktu itu komandan tentara Belanda,Letnan Kolonel Vermeulen Kriegier,sedang berada di Sipisang,dekat Bonjol.Ia bertahan disana sampai datang bantuan yang dimintanya dari Batusangkar dan Padang.