Diberdayakan oleh Blogger.
Flag Counter
>br>
RSS
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
>br>

teknologi ramah lingkungan (eco-friendly tecnologi)


Teknologi ramah lingkungan (eco-friendly-teknology)dapat diartikan sebagai :
Segala jenis aplikasi teknologi yang dapat memberikan kepuasan penggunanya dengn SDL yang lebih rendah  . berikut beberapa contoh teknologi ramah lingkungan :
1.       Biofuel :
Biofuel adalah setiap setiap bahan bakar  baik padatan , cairan ataupun gas yang dihasilkan dari bahan organik .ada 3 cara pembuatan biofuel ,yaitu :
a.      Pembakaran bahan kering
b.      Fermentasi limbah basah
c.       Energy dari hutan
Yang dikembangkan saat ini adalah pembutan biofuel dengan proses fermentasi .biofuel terdiri dari 3 produk ,yaitu:
A.      BIODISEL
Biodiesel merupakan biofuel paling umum di eropa .biodisel diproduksi dari minyak atau lemak menggunakan transesterifikasi dan cairan yang komposisinya mirip diesel mineral .transesterifikasi adalah penggantian gugus alcohol dari ester ke alcohol
lainnya dalam suatu proses yang menyerupai hidrolisis.
B.      BIOALKOHOL
Alcohol umumnya diproduksi secara biologi dengan etanol sedangkan prapanol dan bruntanol jarang .3 macam bioalkohol adalah :
*bioethanol :dihasilkan dengan cara fermentasi
*biobutanol :sering dianggap sebagai pengganti bensin karena dapat digunakan langsung dalam mesin bensin
*pure plant oil (minyak nabati asli/minyak sayur ):dapat digunakan sebagai makanan ataupun bahan bakar



2.        BIOGAS
Biogas merupakan salah satu bagian dari biofuel yang merupakan gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan bahan organic .pada umumnya reactor biogas dapat di bagi menjadi 2 jenis ,yakni :
a.      Fixed dome
Reactor ini memiliki 2 bagian yaitu digester sebagai rumah bagi bakteri & kubah tetap (fixed dome )
b.      Floating drum
Bemiliki bgin digester sama dengan kubah hanya saja perbedanya terletak pada bagian penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum.
                Teknologi biogas pada dasarnya memanfaatkan proses yang dilkukn bakteri
                Methanogen yang produknya berupa gas methane .
                Tahap lengkap pencernaan material organic adalah sebagai berikut :
                                I.            Idrolosis (penguraian molekul organic )
                              II.            Asidogenesis (penguraian yang menghasilkan ammonia ,karbondioksida dn hydrogen sulfide
                            III.            Astagenesis (penguraian produk asidogenesis )
                            IV.            Methanogenesis(merupakan tahapan terakhir sekaligus paling menentukan )

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

biografi tuanku imam bonjol

TUANKU  IMAM  BONJOL
Pahlawan  pejuang  kemerdekaan 
BIOGFAFI TUANKU IMAM BONJOL

       TUANKU  IMAM  BONJOL  dilahirkan  pada  tahun  1772  di  Kampung  Tanjung  Bunga ,Nagari  Alahan  Panjang ,Pasaman ,Minangkabau .Tanggal  dan  bulan  kelahirannya  tidak  diketahui  dengan  pasti .Ayahnya  bernama  Buya  Nuddin  dan  ibunya  bernama  Hamatun ,yang  berasal  dari  alahan  panjang  juga .Imam  Bonjol  bersama  Petto  Syarif .Ia  bersaudara  lima  orang ,dua  laki  laki  dan  tiga  perempuan.
       Nagari  Alahan  Panjang  terletak  di  daerah  pasaman ,yang  termasuk  bagian  Rantau  dari  Kerajaan  Minangkabau .Penduduk  Nagari  Alahan  Panjang  taat  melakukan  perintah  agama ,demikian  pula  keluarga  Petto  Syarif .Mulai  dari  masa  kanak-kanak ,Petto  Syarif  telah  menunjukan  kemajuan  keras .Ia  mempunyai  otak  yang  cerdas .Ketika  baru  berumur  lima  tahun ,ia  telah  diajak  oleh  kakeknya  mendengarkan  orang  mengaji  Al Qur’an  di  kampung .Ia telah  mengenal  huruf  Al  Qur’an  sebelum  belajar  mengaji .Tidaklah  mengherankan  karena  ayahnya  seorang  guru  mengaji  dikampungnya . 
         Hubungan  Petto  Syarif  dengan  teman-temannya  sangat  akrab .Ia  pandai  bergaul .Ia  tidak  memilih  milih  teman .Akan  tetapi ,ia  mempunyai  watak  yang  keras .Kalau  kapentingannya  diganggu ,ia  akan  bertindak  keras .Ia  akan  mempertahankan  dengan  sepenuh  hatinya .Apabila  jalan  damai  sudah  tidak  mungkin  lagi ,jalan  kekerasan  akan  dijalaninya .Dalam  bermain  dengan  teman  temannya ,ia  selalu  menunjukan  jiwa  pemimpin .Ia  selalu  tampil  membela  kebenaran .Itulah  Petto  Syarif .  
          Melihat  kebenaran  Petto  Syarif  ini ,keluarganya  sangat  sayang  kepadanya .Mereka  menaruh  harapan  akan  masa  depannya .Sesudah  umurnya  mencapai  tujuh  tahun ,mulailah  benar-benar  Petto  Syarif  belajar  mengaji .gurunya  adalah  ayahnya  sendiri .Akan  tetapi ,ia  mendapat  perlakuan  yang  sama  dengan  anak-anak  yang  lain .Ayahnya  tidak  membeda  bedakan  sama  sekali .Pendidikan  kepada  Petto  Syarif  juga  diberikan  dengan  keras .  
         Pendidikan  umum  di  sekolah-sekolah  seperti  sekarang ,pada  waktu  itu  belum  ada .Anak-anak  hanya  diajar  mengaji  di  surau  atau  di  pesantren .Surau  di  Minangkabau  adalah  pusat  pendidikan .Yang  diajarkan  bukan  hanya  yang  mengaji  Al  Qur’an ,tetapi  juga  pengetahuan  agama  islam  lainnya.Pengetahuan  umum  sebagai  pelengkap  juga  diajarkan ,sebagai  bekal  bagi  anak-anak  untuk  hidup  dimasyarakat .Pusat  pendidikan  surau  ini  tersebar  di  tiap-tiap  nagari  di Minangkabau .Banyak  ulama  terkenal  di  Minangkabau  yang  mendapat  pendidikan  surau  ini .Salah  seorang  diantaranya  adalah  Petto  Syarif .Pendidikan  disurau  ini  biasanya  diberikan  pada  sore  dan  malam  hari .  
        Petto  Syarif  termasuk  anak  yang  cerdas .Dengan  cepat  dia  dapat menangkap  dan  menguasai  pelajaran .Oleh  karnanya ,ia  diangkat  oleh  ayahnya  menjadi  guru  pembantu .Ia  membantu  ayahnya  memberi  pelajaran  kepada  teman-temannya .  
        Banyak  temannya  sekampung  belajar  bersama   Petto  Syarif  dibawah  bimbingan   ayahnya .Walaupun  Petto  Syarif  itu  cerdas ,ia  tidak  sombong .Ia  tetap   menghargai  teman-temannya  dan  bergaul  dengan  baik .  
        Sebagai  anak  Minangkabau ,Petto  Syarif  juga  belajar  silat .Silat  berguna  untuk  membela  diri .Biasanya  anak  muda Minangkabau  waktu  itu  diajar  ilmu  silat .Bukankah  kemahiran  bersilat  akan  menambah  kepercayaan  pada  diri  sendiri ?   
        Akan  tetapi ,seorang  yang  pandai  bersilat  tidak  boleh  mencari-cari  lawan .Kalau  terpaksa , barulah  dipergunakan  ilmu  tersebut .Dalam  peperangan,ilmu  silat  sangat  berguna .Misalnya ,bila  terjadi  peperangan  satu  lawan  satu .Seorang  pendekar  ilmu  silat ,sanggup  menghadapi  lawan  10  orang  sekaligus .Petto  Syarif  juga  adalah  pendekar  silat .Pada  usia  65  tahun ,ia  masih  mampu  mengalahkan  tentara  belanda  dalam  jumlah  yang  banyak  dalam  perang  tanding .     
         Setelah  memiliki  bekal  yang  cukup ,baik  ilmu  agama  maupun  ilmu  silat ,Petto  Syarif  diizinkan  untuk  melanjutkan  pelajarannya  ketempat  yang  lebih  tinggi .    
         Pada  tahun  1972 ,genaplah  20  tahun  usia  Petto  Syarif .Ia  seorang  pemuda  yang  tampan  dan  cerdas .Dengan  kepercayaan  pada  diri  sendiri ,ia  melanjutkan  pelajaran  di Kuto  Tuo ,Luhak  Agam .Ia  berguru  pada  Tuanku  Koto  Tuo  untuk  mendalami  ilmu  agama .Tuanku  adalah  panggilan  kehormatan  kepada  seorang  yang  ahli  dalam  agama  islam .Di  Aceh ,orang  juga  menyebutnya  tuanku  dan  di  Jawa  dipanggilnya  kiai .Tuanku  Koto  Tuo  adalah  ulama  terkenal  dan  tertua  di Luhak  Agam .Sebagian  besar  dari  ulama-ulama  terkenal  adalah  bekas  murid  beliau .   
        Di  Koto  Tuo ,Petto  Syarif  juga  tetap  belajar  dengan  tekun .Ia  cepat  pula  menjadi  pandai .Tuanku  Koto  Tuo  sangat  puas .Pada  suatu  hari  beliau  berkata ,  
       “Petto  Syarif ,ilmu  yang  kau  capai  sudah  cukup  memadai .Kau  dapat  membantuku  mengajar  murid-murid  lainnya !”   
       Petto  Syarif  merasa  sangat  bangga .Ia  juga  merasa  beruntung .Ia  bahkan  mendapat  dua  keuntungan  sekaligus ,yaitu  pendalaman  ilmu  agama  dan  pengalaman  sebagai  guru .  
       Setelah  dengan  tekun  mengikuti  pelajaran  diKoto  Tuo ,pada  tahun  1800 Petto  Syarif  menyelesaikan  pelajarannya .Ia  lulus  dengan  hasil  yang  memuaskan .Namun ,ia  masih  kurang  puas  benar .Ia  masih  ingin  menambah  pengalaman .  
         Pada  tahun  1800 ,Petto  Syarif  berangkat  ke Aceh  untuk  menambah  pengetahuannya  dalam  hal  agama .Pada  saat  itu ,jarak  antara  Minangkabau  dan  Aceh  terasa  sangat  jauh .Maklumlah  pada  saat  itu  belum  ada  mobil  dan  kereta  api .Apalagi ,pesawat  terbang .Di samping  itu ,perjalanan  harus  melalui  halangan  dan  rintangan  yang  berat .Jalan  raya  seperti  sekarang  belum  ada .Hubungan  hanya  dilakukan  dengan  berjalan  kaki ,mengendarai  kuda ,atau  menyusuri  sungai .Jalan  lain  ialah  naik  kapal .Petto  Syarif  adalah  sosok  pemuda  yang  berani  berkemauan  keras  dan  kuat  bagaikan  baja .lagi  pula ,ia  mempunyai  badan  yang  sehat  dan  ilmu  silat  yang  tangguh .  
        Petto  Syarif  dapat  mengatasi  segala  kesulitan  itu .Ia  sampai  di Aceh  dengan  selamat .    
        Tidak  lama  ia  menuntut  ilmu  di Aceh .Pada  tahun  1802 ,ia  sudah  kembali  kekampungnya  di  Alahan  Panjang .Pada  waktu  itu ,ia  telah  mencapai  umur  30  tahun .Sebagai  seorang  pemuda ,ia  telah  matang  dalam  ilmu  dan  pengalaman  hidup .Umurnya  untuk  berumah  tangga  sudah  cukup .Bahkan  telah  melampaui  bila  dibandingkan  dengan  pemuda  Minangkabau  lainnya .Ayah  dan  ibunya sudah  berkali  kali  berkata .  
         “Anakku  Petto  Syarif ,kau  sudah  cukup  umurdan  sudah  dewasa .Lekaslah  berumah  tangga .”   
         Petto  Syarif  mendengarkan  nasihat  orang  tuanya .Tidak  lama  ia pun  menikah  dengan  gadis  sekampungnya  yang  ia  cintai  dengan  sepenuh  hatinya .    
        Ayahnya  sudah  tua  dan  Petto  Syarif  benar-benar  menjadi  guru  ngaji  dikampungnya .Ia  bergelar  Malin  Baso .Ia  dihormati  sebagai  seorang  guru  dan  pemimpin  dimasyarakat  sekitarnya .Murid-murid  berdatangan  untuk  mendapat  bimbingan  dan  pendidikan dari  Malin  Baso .Malin  Baso  setahun  mengajar  dikampungnya .Nmun  bukan  karna  ia  tidak  suka  mengajar ,melainkan  demi  urusan  yang  lebih  besar .  
       Pada  suatu  hari ,Malin  Baso  atau  Petto  Syarif  sedang  duduk  disuraunya .Sekonyong  konyong  terdengar  pintu  diketuk  orang .Petto  Syarif  membuka  pintu  dan  muncullah  orang  dengan  wajah  yang  bersungguh  sungguh .Orang  itu  berkata,”Assalamu’alaikum ,apakah  disini  surau  Tuanku  Malin  Baso ?“  
        “Wa’alaikumsalam .Ya  benar ,saya  adala  Petto  Syarif  atau  Malin  Baso .Silahkan  masuk ,tuanku……..”jawab  Petto  Syarif .  
        Orang  itu  lalu  menyerahkan  sepucuk  surat .Ternyata  dia  adalah  utusan  Tuanku  Nan  Renceh ,seorang  ulama  besar  dan  pemimpin  umat  islam  terkemuka  di Luak  Agam .Isi  surat  itu  pendek ,tetapi  tegas ,Petto  Syarif  telah  ditunjuk  oleh  Tuanku  Nan  Renceh  untuk  dilatih  dalam  berbagai  ilmu guna  bersiap  siap  dalam  suatu  gerakan  padre .Petto  Syarif  menjawab .  
        “Saya  siap  mengerjakan  tugas .Insya’allah ,saya  berangkat .”   
Tugasnya sebagai  guru  agama  di  kampungnya  diserahkan  kepada  murid  kepercayaannya .Petto  Syarif  segera  berangkat  ke Kamang  Luhak  Agam .Kepada  istrinya  Petto  Syarif  berkata.
       “Kuatkanlah  hatimu ,adinda .Perpisahan  kita  hanya  sebentar .Lagipula  kakanda   yakin  bahwa  adinda  mempunyai  pengertian  akan  kepergian  kanda  kali  ini”  
       Peristiwa  itu  terjadi  pada  tahun  1803 .Pada  tahun  1903  itu ,Tuanku  Nan  Renceh  memutuskan  gerakan  padri  yang  bertujuan  memurnikan  pelaksanaan  ajaran  agama  islam .Petto  Syarif  tidak  mungkin  lepas  dari  gerakan  yang  penting  itu .  
       Di  Kamang ,ia  lebih  banyak  berlatih  kemahiran  berperang .Ia  bersiap  siap ,untuk  ikut  dalam  gerakan  padri  sebagai  calon  perwira .Petto  Syarif  belajar  cara  mengendarai  kuda  dan  taktik  memimpin  peperangan .Ia  termaksuk  calon  perwira  yang  gemilang .   
       Kemudian ,Tuanku  Nan  Renceh  melangkah  lebih  lanjut  lagi ,dalam  suatu  rapat ,ia  berkata . 
       “Alhamdulillah ,kita  sudah  cukup  mempersiapkan  diri  dengan  melatih  perwira ,bintara  dan  prajurit .Sekarang  tiba  waktunya  untuk  membangun  benteng-benteng .ditiap  luhak  diseluruh  Tanah  Minangkabau  harus  dibangun  pertahanan  benteng-benteng  yang  tangguh .Sekarang  pulanglah  kedaerahmu  masing-masing ,hai  perwira  padre  yang  gagah  dan  berani .Bersiap  siaplah  dan  kuatkan  imanmu!” 
       Pada  tahun  1807 ,Petto  Syarif  pulang  kekampung  halamannya .Ia  tidak 
            “Itu tempat yang bagus untuk bertahan. Di situ saja kita bangun benteng, yaitu di bonjol.” 
            Dan  di  Bonjol  itulah  Petto  Syarif  bersama  sama  anak  buahnya  membangu  benteng .Benteng  itu  disuatu  perkampungan  yang  luas .Didalamnya  dapat  disinggahi  oleh 
 50.000 penduduk. Benteng Bonjol itu di kelilingi oleh parit yang lebar dan dalam. Di sekelilingnya dibuat pagar yang tinggi dan pohon aur berduri.
            Sesudah selesai, Peto Shyarif dengan segenap keluarga, kerabat dan anak buahnya pindah ke  Bonjol. Peto Syarif lalu di angkt sebagai Tuanku Imam Bonjol pada  tahun 1808. Benteng Bonjol itu sungguh tepat letaknya. Tempat itu menghubung
BERJUANG DALAM GERAKAN PADRI
            Gerakan padre Minangkabau pada tahun 1803 bukanlah suatu gerakan yang timbul begitu saja. Gerakan itu merupakan gerakan yang tumbuh sejak lama, dan meletus permulaan abad ke-19 secara dahsyat.
            Raja Minangkabau yang pertama memeluk agama Islam adalah Sutan Alif pada tahun 1580. Walaupun Minangkabau merupakan suatu kerajaan, kekuasaan sebenarnya berada di tangan raja – raja nagari yang banyak jumlahnya. Ikatan di antara nagari – nagari itu longgar sekali. Mereka bersatu hanya dalam upacara – upacara adat. Dalam soal pemerintahan kepala nagari berkuasa secara penuh atas rakyatnya. Mereka di bantu oleh golongan adat atau penghulu. Golongan penghulu menguasai hamper seluruh kekuasaan dalam nagari, sedangkan golongan ulama hanya terbatas dalam soal – soal upacara adat.
            Rakyat biasanya lebih patuh pada pemerintah penghulu daripada pemerintah ulama. Rupanya golongan penghulu itu walaupun sudah memeluk agama Islam, tidak sepenuhnya menjalankan ajaran Islam. Bahkan mereka melakukan hal – hal yang bertentangan dengan agama misalnya minum tuak, berjudi, menyabung ayam, dan perbuat lainnya.
            Golongan ulama tidak menyukai perbuatan itu. Berkali – kali mereka menasehati golongan adat, tetapi tidak berhasil.
            Akhirnya, mereka mencari jalan dengan  menguasai pemerintahan. Golongan ulama menanti  saat  yang  baik  untuk  mencetuskan  suatu  gerakan .Saat-saat  yang  dinantikan  itu  segera  datang .Tiga  orang  ulama  Minangkabau  yaitu  Haji  Piobang ,Haji  miskin  dan  Haji  Sumanik  baru  kembali  dari  Mekkah .Mereka  membawa  paham  baru  agama  islam ,yaitu  aliran  Wahabi .Dinegri  Arab ,paham  Wahabi  telah  berhasil  memurnikan  Agama  Islam  dari  hal-hal  yang  salah ,yang  dinamakan  bidah.Ketiga  ulama  itu  bukan  hanya  menuntut  ilmu  agama da  Mekah .Mereka  juga  belajar  ilmu  peperangan .Ilmu  yang  mereka  pelajari  sangat  berguna .Bukan  hanya  untuk  kepentingan  mereka  pribadi ,tapi  juga  untuk  kepentingan  islam  umum  lainnya .Mereka  bercita-cita  untuk  menyebarkan  paham  Wahabi  di  Minangkabau .Mereka  berhasil  mendekati  seorang  ulama  yang  berwibawa  di  Luhak  Agam ,yaitu  Tuanku  Nan  Renceh .Beliau  menyambut  dengan  gembira  ajaran  wahabi  ini .Mereka  bersepakat  akan  menyebarkan  ajaran  ini  diseluruh  Minangkabau .Tuanku  Nan  Renceh  berkata . 
        “Tuanku  Haji  Piobang ,segeralah  Tuanku  bentuk  pasukan  yang  kuat .”   
        Haji  Piobang  menjawab ,  
        “Baik  tuanku ,akan  kukerjakan  secepat  cepatnya .Kami  memerlukan  pemuda-pemuda  yang  gesit  dan  bersemangat .Kami  juga  akan  membentuk  pasukan  berkuda  yang  bergerak  cepat .Benteng-benteng  tangguh  juga  perlu  kita  bangun ,Tuanku .  
        Mereka  segera  menyusun  kekuatan .Beribu  ribu  pemuda  mendapat  latihan ,diantaranya  terdapat  seorang  pemuda  yang  cerdas  dan  cakap ,yaitu  Petto  Syarif  yang  kemudian  dikenal  sebagai  Tuanku  Imam  Bonjol .  
       Pada  tahun  1803 ,golongan  ulama  sudah  merasa  cukup  kuat .Mereka  menamakari  dirinya  sebagai  golongan  padri .Tuanku  Nan  Renceh  diangkat  sebagai  pemimpin ,bersama  sama  dengan  Haji  Piobang  dan  kawan-kawannya .Mereka  mulai  melancarkan gerakan  melarang  tindakan  yang  tidak  cocok  dengan  ajaran  agama.Sebaliknya ,golongan  adat  tidak  mau  menurut  begitu saja .Mulailah  terjadi  bentrokan  di sana -sini .Peperangan  besar  tidak  dapat  dihindarkan .Pasukan  Tuanku  Nan  Renceh  bergerak  cepat .Nagari  Kamang  yang  sangat  subur  dan  merupakan  gudang  beras  dapat  dikuasainya .Daerah  Kamang  dijadikan pangkalan  dan  dalam  waktu  pendek  seluruh  luhak  Agam  jatuh  ketangan  Tuanku  Nan  Renceh  pada  tahun  1804 .Di  daerah  padri  itu ,pemerintahan  dipegang  oleh  para  ulama .   
       Di  Luhak  50  Koto ,gerakan  padre  tidak  menjumpai  perlawanan  berat .Daerah  itu  segera  tunduk  dibawah  kekuasaan  kaum  padri .  
       Lin  halnya  dengan  Luhak  Tanah  Datar ,yang   merupakan  pusat  kerajaan  Minangkabau  di  Pagaruyung .Disini  kaum  adat  mengadakan  perlawanan  dengan  gigih  dan  hebat .Mereka  mengetahui  bahwa  kaum  padri  bertujuan  untuk  merebut  kekuasaan .Hal  ini  merupakan  malapetaka  bagi  mereka .Panglima  padri  didaerah  tanah  datar  ialah  Tuanku  Lintang  atau  Saidi  Muing .Ia  menyuruh  para  prajurit-prajuritnyaberpakaian  serba  putih ,rambut  kepalanya  dicukur  botak ,dan  janggutnya  dibiarkan  tumbuh  panjang .Kebiasaan  itu  diikuti  oleh  para  prajurit  padri  dan  sejak  itu  cirri-ciri  itu  menjadi  milik  kaum  padri .Tuanku  Lintau  juga  dengan  mudah dapat menguasai  Nagari  Lintau .Kekuasaan segera  melebar  disemua  Nagari  di  Luhak  Tanah  Datar .Akan  tetapi ,pasukan  kaum  penghulu  atau  adat  juga  melawan  dengan  sengit .Di  Tanjung  Barulak ,pasukan  Tuanku  Lintang  terlibat  dalam  pertempuran  hebat .Tiga  kali  nagari  itu  berpindah  tangan  sebelum  akhirnya  dapat  dikuasai  oleh  Tuanku  Lintau  dengan  mantap .Kedua  belah  pihak  menderita  kerugian  yang  tidak  sedikit .Pasukan  Padri  dan  Pasukan  Penghulu  sampai-sampai  mengadakan  gencatan  senjata  dan  perundingan  supaya  tidak  jatuh  korban  terlalu  banyak .  
       Perundingan  itu  diadakan  di  Koto Tangah  pada  tahun  1809  yang  dipertuan  raja  minangkabau  beserta  seluruh  menteri  dan  keluarganya  hadir  di  tempat  perundingan .Mereka  hadir  tanpa  curiga .Begitu  pula  Tuanku  Lintau  beserta  perwira-perwiranya  akan  menghadiri  pertemuan  yang  penting  itu .Akan  tetapi ,apa  yang  kemudian  terjadi ?.Sebelum  perundingan  dibuka  rupanya  seorang  perwira  Tuanku  Lintau  telah  bertindak  diluar  batas  wewenangnya .Tanpa  sepengetahuan  Tuanku  Lintau ,ia  telah  memerintahkan  untuk  membunuh  seluruh  keliarga  Minangkabau .Hanyalah  yang  dipertuan  raja  Minangkabau  yang  dapat  meloloskan  diri  dan  lari  ke  Kuantan .   
      Peristiwa  Koto  Tangah  menggemparkan  seluruh  Luhak  Tanah  Datar .Bahkan  pemimpin  padri  sendiri  Tuanku  Nan  Renceh  dan  Tuanku  Lintang  mengutuk  tindakan  itu .Mereka  berkata .   
      “Itu  suatu  tindakan  yang  salah  dan  tidak  bertanggung  jawab .Peristiwa  seperti  itu  seharusnya  tidak  perlu  terjadi .”   
      Sebalikny ,kaum  penghulu  menganggap  kejadian  di  Koto  Tangah  sebagai  khianat  yang   besar  dari  kaum  padri .Selanjutnya ,hampir  di  semua  nagari  di  Luhak  Tanah  Datar  menyerah  kepada  Tuanku  Lintang ,kecuali  nagari  Batipuh .Nagari  in  bertahan  habis-habisan  dan  banyak  pelarian  kaum  Penghulu  yang  berkumpul  disini .Akan  tetapi ,karena  kekuatan  yang  tidak  seimbang ,akhirnya  Batipuh  jatuh  juga .Walaupun  demikian ,kaum  padri  merasa  tidak  aman  disini .Mereka  segera  menarik  kembali  pasukannya  dari  Batipuh .  
        Pembunuhan  di  Koto  Tangah  pada  tahun  1809  mempunyai  arti  penting  bagi  Minangkabau .Sejak  saat itu ,kerajaan  Minangkabau  telah  tumbang  dan  tak  pernah  bangun  lagi .Seluruh  Minangkabau  asli<darat>  atau  Luhak  yang  tiga  dapat  dikuasai  oleh  padre  dibawah  pimpinan  Tuanku  Nan  Renceh .  
       Di  tiap-tiap  nagari  dibentuk  pemerintahan  dibawah  pimpinan  kaum  padri .Nagari-nagari  itu  tunduk  kepada  pemerintahan  pusat  di Kamang   yang  dikepalai  oleh  Tuanku  Nan Renceh .Penertiban  kedalam  segera  dilakukan .Setelah  itu  barulah  dipersiapkan  upaya  untuk  melebarkan  daerah  kekuasaan .  
     Tuanku  Nan  Renceh  dan  Haji  Piobang  kemudian  memerintahkan  Petto  Syarif  untuk  bersiap  siap  mengadakan  perlawanan  didaerah  Pasaman .  
     Kelak  akan  terbukti  bahwa  daerah  Pasaman  mempunyai  arti  yang  penting  bagi  kaum  padri .rupanya  benteng  Bonjol  yang  dibangun  oleh  Petto  Syarif  di  daerah  itu  merupakan  hasil  buah  pikiran  yang  tajam  dan  tepat .Daerah  ini  tepat  sekali  untuk  dijadikan  daerah  pertahanan .Sebelumnya  daerah  ini  merupakan  sarang  perampok .Mereka  selalu  mengintai  kuda-kuda  beban  yang  membawa  barang  dagangan  dari  Minangkabau  ke  Tapanuli  selatan  dan  kemudian  merampasnya .Tempat  ini  sangat  memuaskan  Tuanku  Nan  Renceh  dan  Haji  Piobang.Oleh  karena  itu  Petto  Syarif  diangkat  menjadi  Tuanku  Imam  Bonjol  oleh  pemimpin  padri .Tuanku  Imam  Bonjol  juga  diberi  tanggung  jawab  memimpin  pasukan  padri  kedaerah  Pasaman ,Lubuk  Sikaping .Dahulu ,daerah  pengaruh  Minangkabau  tidak  begitu  kuat  disini .Tuanku  Imam  Bonjol  tidak  banyak  menemui  kesulitan  didaerahnya .Kaum  penghulu  yang  ada  tidak  banyak  melawan .Mereka  segera  menyesuaikan  diri  dengan  keadaan  baru .  
     Sesudah  itu  Tuanku  Imam  Bonjol  member  perintah  kepada  Tuanku  Rao  untuk  menguasai  bonjol .Ia berkata ,”Tuanku  Rao  usirlah  perampok-perampok  yang  ada  di  Bonjol .Disana  akan  kita  bangun  benteng  yang  kuat .”    
      Tidak  terlalu  sulit  bagi  Tuanku  Rao  untuk  mengenyahkan  perampok-perampok  itu .Kemudian  dimulaiah  pembangunan  perkampungan  di  Bonjol .Mula-mula  rawa-rawa  dikeringkan  dan  pengairan  disempurnakan .Bonjol  dibangun  menjadi  daerah  yang  subur  seperti  halnya  Kamang .Dalam  waktu  3  tahun  saja ,Bonjol  telah  berubah  menjadi  daerah  yang  makmur  dan  sanggup  membiayai  gerakan  padri .Didaerah  pertanian  yang  baru  itu didirikan  benteng  Bonjol  dikaki  Bukit  Tajadi .Benteng  itu  dikelilingi  oleh  pari-parit  pertahanan  yang  tidak  pernah  dangkal  dan  air  selalu  mengalir  didalamnya .   
       Benteng  Bonjol  berbentuk  panjang .Ukurannya  kira-kira  90  hektare ,yaitu  700  kali  1200  meter .Benteng  ini  adalah  yang  terbesar  diseluruh  Minangkabau .Luasnya  kira-kira  sebesar  lapangan  Merdeka ,Jakarta  yaitu  tempat  Tugu  Nasional  didirikan .Benteng  Bonjol  diperkuat  dengan  dinding  batu  yang  tebalnya  3  meter  dan  rapat  ditanami  dengan  bamboo  duri .Tuanku  Imam  Bonjol  dan  Haji  Sumanik  berkata .   
       “Benteng  Bonjol  itu  kuat .Dinding  dindingnya  dapat  menahan  tembakan  meriam .”   
       Didalam  Benteng  Bonjol  didirikan  masjid  yang  dikelilingi  rumah-rumah .Juga  terdapat  kandang-kandang  kuda  dan  lumbung-lumbung .Benteng  ini  masih  dikelilingi pula  dengan  90  kubu-kubu  pertahanan  dan  menara-menara  untuk  mengawasi  keadaan .Di  Puncak  Gunung  Tajadi  yang  terletak  dibelakang  benteng ,dibangun  pula  lima  benteng  kecil  kecil ,sedangkan  dibagian  lain  terdapat  7  benteng  lagi .Salah  satu  digunakan  untuk  menjaga  jalan  ke  Lubuk  Sikaping .Jadi ,Benteng  Bonjol  Itu  terdiri  dari  beberapa  Benteng-Benteng  yang  tangguh .Bentnd  Bonjol  dapat  bertahan  15  tahun  yaitu  dari  tahun  1822-1837  terhadap  kepungan  tentara  Belanda ,sedangkan  daerah  daerah  Luhak  Agam  dan  Tanah  Datar  hanya  bertahan  selama  2  tahun  yaitu  dari  tahun  1822-1824 .  
     Pemerintah  di  Benteng  Bonjol  langsung  dipimpin  oleh  Tuanku  Imam  Bonjol  yang  dibantu  Tuanku  Hitam ,Tuanku  Gapuk ,dan  Tuanku  Kaluat .   
      Selain  Benteng  Bonjol ,kaum  padre  juga  mendirikan  Benteng  Rao  dan  Benteng  Dalu-Dalu  disebelah  utara  Minangkabau .Benteng  Rao  dipimpin  oleh  Tuanku  Rao  dan  Benteng  Dalu-Dalu  dipimpin  oleh  Tuanku  Tambusai .Kedua  perwira  padri  itu  berasal  dari  Tapanuli .Mereka  berada  langsung  dibawah  pimpinan  Tuanku  Imam  Bonjol .  
      Setelah  kaum  padre  merasa  dirinya  kuat  didaerah  Pasaman  Alahan  Panjang dan   sekitarnya ,mereka  mulai  mengadakan  penyerangan .Serangan  di  lancarkan  kedaerah  luar  Minangkabau ,yaitu  tapanuli  selatan .Rencana  Tuanku  Imam  Bpnjol  itu  disetujui  oleh  Tuanku  Nan  Renceh  dan  Haji  Piobang .  
       Pada  suatu  hari  yang  cerah ,Tuanku  Imam  Bonjol  mengadakan  perundingan  dengan  Tuanku  Rao ,Tuanku  Lelo  dan  Tuanku  Tambusai .Tuanku  Imam  Bonjol  berkata .  
        “Tuanku  Rao ,Tuanku  Lelo ,dan  Tuanku  Tambusai .Kepada  Tuan-Tuan  kami  percayakan  tugas  memimpin  gerakan  ke  Tapanuli  Selatan .Bukankah  Tuan-Tuan  yang  lebih  banyak  mengetahui  akan  seluk  beluk  adat  anak  negeri  dan  keadaan  medan  di  lapangan?kami  ucapkan  selamat  kepada  Tuan-Tuan  dan  insyaallah  membawa  hasil  yang  gemilang.”  
         Pilihan  Tuanku  Imam  Bonjol  terhadap  ketiga  perwira  itu  sungguh  tepat  karena  mereka  adalah  perwira  cemerlang .      
         Pada  tahun  1816  mulailah  diadakan  gerakan  padri  kedaerah  Tapanuli  Selatan .Dalam  waktu  yang  pendek  itu ,Tapanuli  Selatan  sudah  dikuasai  oleh  tentara  padri .17  tahun  lamanya <1816-1833>,pasukan  padri   berkuasa  di Tapanuli  Selatan .Sesudah  munculnya  tentara  belanda ,barulah  mereka  dapat  dikalahkan  pada  tahun  1833 .     
          Sementara  itu ,di  Minangkabau  tentara  padri  terus  mengadakan  penertiban .Benteng-Benteng  terus  diperkuat  dan  tentara  terus  ditambah .   
      Pada  tahun  1819 ,Belanda  datang  kembali  ke  Padang .Mulailah  terjadi  perubahan  suasana .Seorang  perwira  padre  bernama  Tuanku  Pamansiangan  berpendapat .   
      “Tuanku ,keadaan  sudah  mulai  gawat .Keadaan  sudah  berubah .Orang-orang  Belanda  di Padang  dan  air  bangis  jangan  dianggap  enteng .Mereka  dulu  yang  harus  kita  gempur .Mereka  dulu  yang  harus  kita  usir .Lebih  baik  kita  ambil  pasukan  kita  di  Tapanuli .Jangan  biarkan  mereka  menjadi  kuat  di  Padang  dan  Air  Bangis .”    
       Namun ,Tuanku  Rao  dan  Tuanku  Tambusai  menjawab ,”ah ,tidak  perlu  kawatir.Tidak  perlu  terburu  buru .Lgipula  keadaan  di Tapanuli  Selatan  juga  perlu  diperhatikan .Tidak  mudah  menarik  pasukan  begitu  saja .”    
        Rupanya  pertentangan makin  tajam .Kedua  pihak  tidak  mungkin  melepaskan  pendiriannya  lagi .Akhirnya  Tuanku  Nan  Renceh  dan  Tuanku  Imam  Bonjol  mengambil  jalan  tengah .Beliau  berkata .       
        “Keputusan  kami  ialah gerakan  ke  Tapanulu  Selatan  tetap  diteruskan Padang  dan  Air  Banggis .”      
          Kemudian  hari ,ternyata  pendapat  Tuanku  Pamansiangan  adalah  benar .Belanda  di Padang  tidak  dapat dipandang  enteng .Tuanku  Rao  sendiri  kemudian  gugur  dalam  peperangan  melawan  Belanda  di  Air  Banggis  pada  tahun  1821 .Tuanku  Imam  Bonjol  sendiri  ditawan  oleh  Belanda  pada  tahun  1837 ,sedangkan  Tuanku  Tambusai  masih  mempunyai  kesempatan  untuk  terus  melawan  Belanda  sampai  dengan  tahun  1863 .Tuanku  Nelo  tetap  di Tapanuli  Selatan  sampai  dengan akhir  hayatnya .Sepeninggalan  Tuanku  Nan  Renceh pada  tahun  1820 ,karena  usia  tinggi  Tuanku  Imam  Bonjol  memimpin  gerakan  padri .   
TUANKU  IMAM  BONJOL  MEMIMPIN  PERANG  PADRI  
        Perang  yang  berkobar  di  Minangkabau  pada  permulaan  abad  ke 19 ,bertali  temali  dengan  persaingan  antara  Inggris  dan  Belanda  di  Sumatera .Pulau  ini  memegang  peranan  penting  untuk  menguasai  jalan  dagang  pada  masa  itu .   
       Pada  waktu  gerakan  padri  meletus ,tentara  Inggris  berada  di  kota-kota  pesisir.Bandar  Padang  dikuasai  oleh  tentara  Inggris .Demikian  pula  Natal  dan  Bengkulu (tahun 1795 – 1819)
      Pemerintaha Inggris  di  daerah  pesisir  Sumatra  dikepalai  oleh  Raffles .Ia  seorang  tokoh  yang  mempunyai  pandangan  tajam  dan  jauh  menjangkau  ke  depan .   
       Ia  berusaha  meyakinkan  pemerintahnya  agar  kota  Padang  tetap  dikuasai  oleh  Inggris .Raffles  melihat  kemungkinan-kemungkinan  besar  bagi  kepentingan  Inggris  di  Minangkabau .
            Ketika timbul gerakan padri, Rafles bermaksud membantu golongan padre. Akan tetapi tawarannya di tolak. Walaupun Rafles berusaha dengan sekuat tenaga untuk tetap di padang usahanya tidak berhasil. Pemerintah inggris di London sudah terikat janji dengan pemerintah Belanda. Menurut perjanjian London 1814, Inggris harus menyerahkan kembal semua daerah yang didudukinya di Indonesia kepada Belanda. setelah di undur – undur oleh Rafles, maka pada tahun 1819 Padang di serahkan kembali kepada Belanda.
            Belanda mulai mengarahkan perhatiannya ke pedalaman Minangkabau. Mereka selalu berkata “Jaga supaya orang – orang Inggris jangan berkuasa di Sumatera. Lagipula hati hatilah supaya kekuassaan golongan Padri jangan sampai di pesisir.”
            Di Indonesia orang – orang belanda, selalu mendekati golongan yang sedang terdesak bilamana ada pertentangan. Hal demikian menguntungkan bagi mereka. Bantuan tertara akan di berikan oleh Belanda kepada golongan yang sedang terjepit. Tentu saja dengan imbalan yang besar, berupa kekuasaan perdagangan dan pemerintahan. Cara ampuh itu juga di pakai oleh Belanda di Minangkabau.
            Kaum penghulu telah di lumpuhkan oleh kaum padre di Minangkabau. buat sementara, golongan penghulu menerima keadaan itu. Akan tetapi, setelah Belanda muncul di Padang mereka memilliki pendirian lain. Mereka berkata,
            “Sekarang ada kesempatan yang baik. Kita dapat memakai tenaga dan senjata belanda untuk memukul kaum Padri.”
            Sebagian kaum penghulu di Minangkabau berhasil melarikandiri ke Padang . mereka berusaha mencari bantuan pada Belanda. sebenarnya penghulu pelarian tersebut tidak berhak bertindak demikian. Mereka bukan lagi penguasa Nagari. Mereka juga tidak dapat mewakili masyarakat Minangkabau lagi. Tetapi bagi belanda; hal itu cukup untuk bertindak. Orang – orang Belanda itu berkata,
            “ya baik, kami akan membantu tuan – tuan memerangi kaum padre di pedalaman. Kekuasaan tuan – tuan akan kami pulihkan kembali!”
            Tentu saja kaum padre di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol tidak diam saja. Mereka juga melayani tatangan Belanda itu. Mereka mengirim utusan untuk menyampaikan kabar itu ke berbagai tempat.
            “Sekarang kita menghadapi Belanda di Padang. Ayo, perkuat barisan. Allahu Akbar.”
            Di tiap – tiap luhak diadakan persiapan dengan sungguh – sugguh.
            Pada tahun 1821, pasukan Belnda mulai menyerang Benteng Simawang. Rakyatdi nagari ini mengadakan perlawanan. Belanda juga menyerang nagari sulit air. Serangan itu gagal dan Belanda terpaksa kembali keenteng Simawang. Serangan Belanda ke nagari Gunung dan Simabur di Luhak Tanah Datar juga mengalami kekalahan.
            Pada tahun 1821, Letnan Kolonel Daaf sampai di Padang. Ia membawa serdadu dan senjata lengkap dari Batavia. Raaf di angkat sebagai komandan lapangan di Sumatera Barat. Ia segera mempelajari keadaan di Minangkabau. kemudian ke depan perwira – perwira lainnya Letnan Kolonel Raaf berkata,
            “Luhak Tanah Datar harus kita jadikan sasaran  yang pertama. Jika tuanku Lintaa telah dapat kita kuasai dan Luhak Tanah Datar sudah kita rebut, yang lainnya akan mudah kita jatuhkan.”
            Dengan Simawang sebagai pangkalan, mulailah Belanda menyerang Pagaruyung pada awal tahun 1822. Kaum padre terpaksa harus meninggalkan bekas ibu kotaKerajaan Minangkabau itu setelah memberkan perlawanan yang gigih.
            Di sebuah bukit di daerah pagaruyung, tentara Belanda mendirikan benteng dengan nama “Fort Van  Der Capellen”. Sekarang bernama batu sangkar. “Van Der Caapellen” adalah Gubernur jenderal belanda pada waktu itu.
            Letnan Kolonel Raaf merencanakan untuk menyerang Lintau. dengan kekuatan yang besar, tentara belanda bertolak dari Batu Sangkar. Tentara padre bertahan di bukit yang terjal. Usaha belanda unuk merebut Lintau tidak berhasil. Mereka di puku mundur dengan meninggalkan korban yang besar. Belanda memperkuat kedudukannya kembali di Batu Sangkar. Belanda lalu membuat rintangan antara Lintau dan Luhak 50 Koto dan Luhak agam sehingga nagari Lintau menjadi terpencil. Tanjung alam di Luhak 50 Koto berhasil di rebut oleh Belanda. rupanya mereka memusatkan perhatian pada Luhan agam dengan menduduki Koto Lawas, Pandai Sikat, dan Gunung. Di situ Tuanku Pamasiangan di tawan oleh Belanda pada tahun 1822. Kemudian Tuanku Pamansiangan di gantung oleh Belanda di Benteng Guguk Sigantang.
            Nagari Kapaltilatang di Luhak Agam di serang oleh Belanda. kau padre memberikan perlawanan yang gigih. Berkat adanya benteng – benteng itu mereka berhasil menggagalkan serangan belanda, yang terpaksa mundur dengan menderita banyak korban.
            Pada akhir tahun 1822, tentara padre melancarkan serangan balasan secara serentak. Mereka berhasil menggagalkan serangan belanda dari sungai Puar dan Guguk Sigantang.
            Pada permulaan tahun 1823, Belanda mendatangkan bantuan dari Jawa. Mereka kembali mengadakan serangan. Di Bukit Marapalang terjadi pertempuran selama 3 hari 3 malam. Di sini, Belanda berhasil di pukul mundur.
            Kemudian Belanda mengadakan pembunuhan besar – besaran di Nagari Biaro dan nagari – nagaari gunung singgalang. Belanda kemudian berusaha merebut pandai sikat, tetapi tidak berhasil.
            Pada bulan Januari 1824 tercapai  gencatan senjata antara padre dengan Belanda di Alahan Panjang perjanjian itu terkenal dengan nama perjanjian Masang.kesempatan  ini  dipakai  oleh  Belanda untuk  memperkuat  dirinya  kembali .Belum sampai sebulan umur perjanjian itu Belanda sudah mengadakan serangn kembali .Mereka berhasil mendduduki tempat-tempat penting .Didaerah bukit tinggi sekarang ,Belanda mendirikan benteng “Fort de Kock”yang sangat strategis tempatnya. 
            Pada akhir tahun 1824,Belanda berhasil menduduki daerah pusat di Luhuk Agam dan Tanah Datar. Tuanku Imam Bonjol terpaksa memusatkan perhatian di daerah Alahan Panjang dan Nagari Bonjol untuk menghadapi peperangan selanjutnya.
            Antara tahun 1825 – 1830 tidak banyak terjadi pertempuran. Belanda hanya bertahan di dalam benteng – benteng mereka. Segala daya usaha mereka di pusatkan untuk menghadapi perang Diponegoro di Jawa yang meletus pada Tahun 1825.
            Kaum padre lalai untuk menggunakan kesempatan ini untuk merebut daerah – daerah yang di duduki oleh Belanda. tuanku Imam Bonjol sendiri dalam masa 1824 – 1832 sibuk mengadakan pembetulan – pembetulan di benteng Bonjol.Begitu pula Tuanku Tambusai di Benteng Dalu – Dalu atau Darussalam, sibuk mempersiapkan diri.
            Setelah selesai Perang Diponegoro, Belanda kembali memusatkan perhatiannya ke Minangkabau (1831). Belanda mulai menyerang lagi. Pertahanan di padri satu demi satu jatuh ketangan Belanda .Bukit Marapalam jatuh pada tahun 1831.Katiagan sebagai sumber persediaan persenjataan kaum padre di daerah Pasaman jatuh juga .Ini suatu kerugian yang besar .Dengan hilangnya Katiangan,berarti tertutup  pintu bagi kaum padri dipesisir untuk memperoleh senjata dari Singapura .   
            Nagari Kapau,lumbung Padi,dan benteng yang kuat diLuhuk Agam tidak pula dapat dipertahankan pada awal tahun 1832.Begitu pula benteng Lintau mengalami nasib sama pada tahun 1832.Ketika itu Tuanku Lintau telah meninggal dunia .Nagari Kamang dengan Benteng Binasa sebagai pusat gerakan padri juga menyerah pada tahun 1832. 
            Sebagian besar daerah di Minangkabau,kecuali XIII Koto <Solok> telah dikuasai oleh Belanda .Dengan kekalahan kaum padri pada tahun 1832,usaha Belanda untuk menguasai Minangkabau boleh dikata sudah hampir selesai .Akan tetapi,apakah kekuasaan di Minangkabau lalu dikembalikan kepada Kaum Penghulu?rupanya tidak demikian halnya .Belanda memulai dengan suatu cara pemerintahan yang baru .Tidak banyak dari kaum penghulu yang ikut duduk dalam pemerintahan .Lagipula mereka itu diperlukan sebagai orang bawahan pejabat-pejabat Belanda saja.Hal demikian menimbulkan rasa tidak puas .Tambahan lagi pasukakan Belanda bertindak bijaksana .Mereka tidk menenggang perasaan rakyat banyak .Mereka menempati masjid masjid ,langgar langgar dan rumah rumah penduduk .Penghuninya mereka usir keluar.Tentusaja masyarakat ramai terluka hatinya.Mereka bertekat untuk melanjutkan peperangan kembali ,dan mengusir tentara Belanda dari tanah air mereka .  
            Perasaan tidak puas itu terjadi dimana mana .Ruanya telah berhembus angin baru di Minangkabau.Sekarang masyarakat Minangkabau seluruhnya mengalami nasib yang sama.Baik golongan Penghulu maupun golongan Padri sama-sama merasakan tekanan pemerintahan Belanda.  
            Tidaklah mengherankan kalau mereka saling dekat mendekati.Dimana mana terdengar suara suara,”baiklah kita melupakan hal yang dulu-dulu.Pertentangan antara kita tidak ada gunanya.Lebih baik kita bersatu melawan orang-orang Belanda.”  
            Pada akhir tahun 1832,disuatu lereng diGunung Tangkidat terjadi pertemuan rahasia antara Pasukan Padri dan Pasuakan Penghulu.Tercapailah sepakat untuk bersama sama mengenyahkan Belanda dari Minangkabau.Pada tanggal 11 Januari 1833,dimulai serangan serentak diseluruh Minangkabau untuk berperang melawan Belanda.  
PERANG MINANGKABAU  
            Perang Minangkabau sebenarnya sebagian dari perang Padri <tahun 1821-1837>.Pada perang Minangkabau yang dimulai sejak tahun 1832,rakyat Minangkabau yang bangkit melawan Belanda hanyalah Kaum Padri saja.Dari tahun 1832,golongan Padri dan golongan Penghulu baru bersatu melawan Balanda.Mereka mengadakan persetujuan di lereng Gunung Tandikat pada akhir tahun 1832.Mulailah terjadi babak baru di Minangkabau.Golongan yang tadinya berpecah belah,menjadi satu. 
            Sesuai dengan rencana bersama,maka pada tanggal 11 Januari 1833 dilancarkan serangan serentak diseluruh Minangkabau.Pimpinan Perang Minangkabau  masih tetap dipegang masing masing.Tuanku Imam Bonjol sebagai pimpinan umum memusatkan perhatian di Benteng Bonjol.Pos-pos Belanda diserang dan tentara Belanda yang diasramakan dimasjid dibunuh.Di Simawang gadang Sembilan orang termasuk komandan dan pasukannya sendiri tewas dibunuh tentara Minangkabau.
            Pada waktu itu komandan tentara Belanda,Letnan Kolonel Vermeulen Kriegier,sedang berada di Sipisang,dekat Bonjol.Ia bertahan disana sampai datang bantuan yang dimintanya dari Batusangkar dan Padang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS